Pendidikan Reproduksi & Seksualitas, Jangan Dibuat Tabu!

Judul BukuV*Gina: Kuasa dan Kesadaran
PengarangNaomi Wolf
PenerbitOdyssee Publishing
Tahun terbit2020

Orang mungkin bertanya-tanya, mengapa tidak banyak yang tahu mengenai informasi ini? Berbicara secara substantif di depan umum tentang vagina yang sebenarnya dan pengalaman aktualnya masih dianggap tabu.

Seberapa sering kita mendengar bahwa hasrat seksual laki-laki lebih tinggi daripada perempuan? Sehingga perempuan punya kewajiban untuk melayani dan memenuhi kebutuhan seksual laki-laki. Bias-bias ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan pendidikan reproduksi dan seksualitas.

Bagaimana mau paham tentang tubuh? Kalau membicarakan kesehatan reproduksi dan seksualitas saja ditutup rapat-rapat. Tentu kita masih ingat, kasus orientasi mahasiswa di sebuah universitas negeri yang mengangkat tentang edukasi seksualitas. Berbagai pihak protes karena menganggap kampus mengajarkan ‘seks bebas’ kepada para mahasiswa baru. Padahal, yang diajarkan adalah mengenai ‘consent’ (persetujuan). Consent ini penting dipahami untuk mencegah tindakan kekerasan seksual.

Saya masih ingat jelas dalam sebuah pelatihan, seorang dokter berkata “tidak ada hubungan antara hasrat seksual dengan jenis kelamin seseorang. Karena itu sangat bergantung pada kondisi hormon masing-masing individu”. Jawaban tersebut seolah menjawab segala tanya yang ada di benak saya. Kasihan betul kalau perempuan hanya ditempatkan sebagai “pelayan” pemuas hasrat laki-laki. Padahal, perempuan sebagai makhluk biologis juga tentu memiliki hasrat seksual.

Wolf dalam buku V*agina menjelaskan pengalaman tentang ketubuhan perempuan dan bagaimana vagina itu sendiri bekerja. Melalui buku ini, Wolf berupaya untuk membuka ruang informasi mengenai reproduksi dan seksualitas perempuan. Menurut Wolf, perempuan kerap tidak memahami kondisi tubuhnya, karena membicarakan tentang seksualitas masih sangat tabu.

Tidak hanya itu, interpretasi yang bias tentang kondisi biologis perempuan masih didominasi oleh ilmuwan laki-laki. Para ilmuwan laki-laki tersebut sarat dengan dominasi patriarkal yang berupaya untuk menekan hasrat seksual perempuan. Ada dominasi maskulinitas yang melihat bahwa hanya laki-laki yang ‘perkasa’ dan perempuan sebagai pelengkap. Perempuan yang memiliki hasrat seksual dianggap sebagai ‘perempuan liar’ yang harus dikontrol.

Bagi Wolf, pandangan-pandangan tersebut sudah sangat usang. Pandangan yang melihat respons seksual laki-laki dan perempuan sama juga adalah usang. Temuan terbaru dari Dr. Kamaisaruk mengonfirmasi bahwa perempuan setidaknya memiliki 3 pusat seksual (orgasme). Ketiga bagian itu adalah klitoris, vagina, dan mulut serviks (ia menambahkan yang keempat, yakni puting) (Wolf 114).

Tulisan Wolf membantu kita untuk memahami ketubuhan perempuan, khususnya dalam membicarakan vagina dan hasrat seksual. Bukunya menembus batas-batas tabu terhadap pendidikan reproduksi dan seksualitas yang selama ini ditutup rapat-rapat. Menyebut kata ‘vagina’ maupun mempelajarinya mestinya bukan hal yang memalukan apalagi dihindari. Mempelajari kesehatan reproduksi dan seksualitas secara komprehensif justru membantu kita untuk menjalani proses reproduksi secara sehat dan bertanggung jawab, serta terbebas dari kekerasan.

(Andi Nur Faizah)

Written by

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *