Perempuan di Sangkar Emas: Secarik Tutur dari Nusa Tenggara Timur

Aku menamaiku perempuan di sangkar emas. Perempuan yang hidupnya dikawal ketat dengan didikan ala semi militer. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai kembali tidur di malam hari terjadwal tanpa cacat, hampir tak memiliki waktu bermain seperti temanku lainnya, hidup dan tumbuh dalam ketegasan, selalu ada hukuman tegas setiap kali melakukan kesalahan. Kendati demikian perihal  kasih sayang dan kebutuhan tak pernah kurang. Tampak dari luar aku dan kehidupanku tampak sempurna, bukan hanya temanku bahkan salah satu sahabatku menaruh rasa iri padaku. Katanya aku perempuan beruntung, hidup dalam kesempurnaan, tanpa memiliki musuh dan berlimpah kasih sayang. Mereka juga iri pada tawaku yang mudah saja hadir. Katanya juga mereka menginginkan hidup selayaknya hidupku. Aku heran bagaimana bisa mereka menarik kesimpulan tanpa mencoba memakai sepatu kehidupanku.

Tidak teman, aku dan hidupku sama seperti kalian, banyak sedihnya pun banyak bahagianya. Kau tahu teman? Kadang-kadang aku berpikir aku ini dilahirkan untuk memuaskan ambisi orang tuaku. Bagaimana tidak, aku tidak diizinkan salah, aku tidak diizinkan mengemukakan pendapat dan menemukan alasan. Hak bicaraku dirampas, kebebasanku dikekang, aku dipaksa tumbuh dengan pemikiran orang tuaku bukan keinginanku. Katanya begitu cara mereka menyayangiku, mereka mempersembahkan terbaik untukku. Terbaik untukku? Tidak, itu terbaik untuk mereka nyatanya aku tertekan, tak enjoy menjalani hidupku.

Rasanya aku ingin melawan, teriak di hadapan mereka sebagai bentuk protesku namun semua tak semudah rasa inginku, ada kayu atau ikat pinggang siap mendarat ditubuhku jika aku berani bergejolak. Bukan ingin melakukan kesalahan atau suka perbuatan salah setidaknya duduklah bersamaku tanpa emosi, tanpa bentakan, tanpa ancaman dan mulailah berbicara, kemukakanlah alasan logis agar aku paham dan mengerti atau dampingilah aku.

Biarkan aku tahu atau sekadar kenalan pada arti kesalahan, arti berbuat salah, konsekuensinya dan manfaatnya. Bagaimana harus memperbaikinya agar aku belajar caranya benar tanpa rasa takut,  agar aku melihat segala sesuatu tidak pada satu sudut pandang saja, biarkan aku peka, biarkan aku tahu letak kelemahan dan kekuatanku, biarkan aku berpikir dengan seimbang antara hati dan otakku. Ini hidupku, aku harus menjalani skenario hidupku dan menjadi peran utama.

Aku tahu takdir hidupku menjadi seorang perempuan, tak mudah memiliki seorang anak perempuan di zaman sekacau ini, menjaga anak perempuan bukan pekerjaan mudah tapi tak berarti kebebasanku dipasung, aku ingin menggunakan kebebasanku berbicara, menjabarkan isi kepalaku yang terlampau gaduh, biarkan aku berjuang di kakiku sendiri seperti anak di luaran sana.

Teman, percayalah hidupmu itu hidup terbaik andai saja kau tahu kehidupanku sebenarnya. Tuhan menciptakanmu dan hidupmu adil menurut-Nya. Jalani hidupmu dengan luar biasa, bernegosiasilah pada Sang Maha barangkali Dia mau bersepakat dan memberimu kehidupan yang diinginimu. Tutup matamu, tundukilah pandanganmu agar rasa tak ada apa-apanya dirimu tak berkeliaran mengganggu hidupmu. Semoga kamu selalu berteman kebahagiaan.

Written by

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *