Kursi Merah

Dua kursi merah tertata apik berhadapan
Di ujung sana kapal tongkang siap berlayar
Mereka berdua bahagia saling tertawan

Pagi itu terasa matahari enggan berbinar
Katanya “aku akan menjual kapal besar itu Nah! Terdengar kan bunyi klaksonnya”
Sementara, jiwa lainnya hanya tertawa menahan gila
Tiba-tiba seonggok barang hitam pun mengambang tak bernyawa
Dan ya, mereka bahagia melihat kekonyolan dunia

Lalu, siang itu kembali mereka duduk bersama
Bercengkerama mengadu gosip diantara punggawa
Membicarakan tentang asa dan seisinya Sesekali menyuap nasi dengan menu yang sama (lagi2 sambil tertawa)

Tapi di antaranya tersimpan tinggi harapan Untuk saling menunggu serta mendukung
Menopangkan kaki pada lembutnya tangan sekuat genggaman
Mereka hanya tau selalu ada luka di setiap tawa
Mereka hanya manusia yang tepat di waktu yang sesat
Mereka hanya berusaha menghakimi rasa bahagia
Yang hanya diterima jika taqdir dan fitrah kan berpusat. Mungkin mereka sadar jika belum beruntung


Fitria Sari, 103 Sept ’23

Written by

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *